Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan
mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di
Yogyakarta, di gedung Dalem Jayadipuran[6] yang sekarang berfungsi
sebagai kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional dan
beralamatkan di Jl. Brigjen Katamso. Kongres dihadiri sekitar 30
organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Hasil dari
kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang
kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).
"Periksalah buku kenanganmu semalam, dan engkau akan tahu bahwa engkau masih berhutang kepada manusia dan kehidupan"
Kamis, 22 Desember 2011
Kamis, 08 Desember 2011
Sepotong sore dan hujan

“Bagaimana aku bisa menemukan orang sepertimu lagi?”
Hujan selalu
menyimpan tanda tanya. Kadang, hujan bisa juga menjadi jawaban. Dia
membisu, datang malu-malu, tanpa isyarat dan kata, tiba-tiba dia
mengguyur saja sesukanya, seenak hatinya. Seringkali hujan
disalahartikan sebagai pembawa duka, sebagai sebab seseorang mengingat
kenangannya, sebagai terdakwa yang menyebabkan seseorang takut akan
takdirnya. Hujan buatku adalah penenang dalam kerinduan, pembawa air mata, dan pengingat rasa kehilangan. Selalu saja, sesuatu yang harus seseorang lupakan adalah sesuatu yang justru jauh tersimpan begitu dalam, kenangan.
***
Langganan:
Postingan (Atom)